LAPORAN PRAKTIKUM IRIGASI DRAINASE
ACARA 5
“ Perhitungan Irigasi Berdasarkan Kemampuan
Daerah Perakaran Menyimpan Air ”
Nama : APOLLO WIJAYA HALOHO
NPM : E1J012071
Coass : Ridwan Hutabarat
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Air mempunyai fungsi yang penting
dalam tanah, antara lain pada proses pelapukan mineral dan bahan organik tanah,
yaitu reaksi yang mempersiapkan hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain
itu, air juga berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar tanaman.Akan
tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara dapat tercuci dari
daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam terlarut
mungkin terangkat kelapisan tanah atas.Air yang berlebihan juga membatasi
pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh O2
sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati.
Dua fungsi yang saling berkaitan
dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu memperoleh air dalam tanah dan
pengaliran air yang disimpan ke akar-akar tanaman.Jumlah air yang diperoleh
tanah sebagian bergantung pada kemampuan tanah yang menyerap air cepat dan
meneruskan air yang diterima dipermukaan tanah ke bawah.Akan tetapi jumlah ini
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti jumlah curah hujan tahunan dan
sebaran hujan sepanjang tahun.
Dalam menentukan jumlah air tersedia
bagi tanaman beberapa istilah dibawah ini perlu dipahami, yaitu :
1. Kapasitas Lapang
adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan
jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik
gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus menerus diserap
oleh akar-akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama semakin
kering.Pada suatu saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut
sehingga tanaman menjadi layu (titik layu permanen).
2. Titik Layu Permanen:
adalah kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman mulai
tidak mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu.
Tanaman akan tetap layu baik pada siang ataupun malam hari.
3. Air Tersedia:
adalah banyaknya air yang tersedia bagi tanaman, yaitu
selisih antara kadar air pada kapasitas lapang dikurangi dengan kadar air pada
titik layu permanen.Kapasitas lapang sangat berhubungan dengan lingkungan dan
kondisi tanah yang mampu untuk menahan air didalamnya. Misalnya di suatu daerah
memiliki kondisi tanah yang bagus dengan kapasitas lapang terbaik maka di dalam
tanah tersebut mungkin saja terdapat akar-akaran dari pohon sehingga membantu
penyerapan air tanah dan menyimpannya lebih lama di dalam tanah
1.2 Tujuan Praktikum
·
Visualisasi tanah dan tanaman dalam kondisi kapasitas lapang
·
Visualisasi tanah dan tanaman dalam kondisi actual
·
Visualisasi tanah dan tanaman dalam kondisi titik layu
permanen
·
Menghitung kebutuhan air pada berbagai kondisi lengas tanah
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Kadar air tanah dinyatakan dalam
persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume tanah.Cara ini
mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air
bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air dapat
dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 1000
C – 1100 C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan
merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang
memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan
kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan
ukuran pori-pori pada tanah. Air tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah
melalui proses penggerakan air jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi
secara vertikal tetapi juga horizontal.Gaya gravitasi tidak berpengaruh
terhadap penggerakan horizontal (Hakim, dkk, 1986).
Menurut Hanafiah (2007) bahwa
koefisien air tanah yang merupakan koefisien yang menunjukkan potensi
ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari:
a. Jenuh atau retensi maksimum, yaitu
kondisi di mana seluruh ruang pori tanah terisi oleh air.
b. Kapasitas lapang adalah kondisi dimana
tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai menipis, sehingga tegangan
antarair-udara meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi.
c. Koefisien layu (titik layu permanen)
adalah kondisi air tanah yang ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan
tanaman untuk aktivitas, dan mempertahankan turgornya.
d. Koefisien Higroskopis adalah kondisi
di mana air tanah terikat sangat kuat oleh gaya matrik tanah. Kemampuan tanah
menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah bertekstur
kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus.
Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah
kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat. Kondisi kelebihan
air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Ketersediaan
air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan
tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah
dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah,
senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau
lapisan tanah (Madjid, 2010).
e. Air tersedia biasanya dinyatakan
sebagai air yang terikat antara kapasitas lapangan dan koefisien layu. Kadar
air yang diperlukan untuk tanaman juga bergantung pada pertumbuhan
tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang dapat digunakan oleh akar
tanaman. (Buckman and Brady, 1982).
Selain itu ada juga yang menyebutkan
kadar air pada kapasitas lapang yaitu apabila permukaan lapisan air berkisar
1/3 atm, dimana air memasuki tanah dan tebal lapisan air tanah menipis,
tegangan pada batas antara air dengan udara meningkat dan akhirnya begitu besar
sehingga menghentikan gerakan air kebawah. Air dalam ruang pori
makro tidak ada
lagi, tetapi masih
terdapat dalam pori
mikro (Foth, 1998).
Titik
Layu Permanen adalah kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman mulai tidak
mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu. Tanaman akan
tetap layu baik pada siang ataupun malam hari.Kandungan air pada titik layu permanen adalah
pada tegangan 15 bar. Air yang tersedia bagi tanaman adalah air yang terdapat
pada tegangan antara 1/3 bar sampai dengan 15 bar (Hakim, 1986).
Faktor –
faktor yang Mempengaruhi Kadar Air tanah
(1) tekstur tanah.
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara
lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan
air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang
ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah
bertekstur lempung atau liat.
(2)
Bahan organik, semakin tinggi kadar bahan organik suatu tanah
semakin tinggi pula kadar dan ketersediaan airnya
(3)
Senyawa kimia, semakin banyak senyawa kimia semakin rendah kadar air
tanah,
(4)
Kedalaman solum, semakin dalam kedalaman solum suatu tanah maka
semakin besar kadar airnya,
(5)
Iklim, faktor iklim meliputi curah hujan suhu dan air
(6)
Tanaman, faktor tanaman dapat meliputi kedalaman perakaran toleransi terhadap
kekeringan serta tingkat dan stadium pertumbuhan yang pada prinsipnya terkait
dengan kebutuhan air tanaman.
(7)
Struktur tanah, apabila struktur tanahnya
berbentuk remah, granuler maka kemampuan menahan airnya lebih besar karena
struktur tanah tersebut tidak mudah rusak sehingga pori-pori tanah tidak cepat
tertutup apabila terjadi hujan (Hakim, 1986).
Faktor-faktor yang mempemgaruhi
kadar air yaitu evaporasi, tekstur tanah serta bahan organik. Tanah yang
berlempung misalnya mempunyai kandungan air yang labih banyak dibandingkan
tanah berpasir. Gerakan air dalam tanah akan mempengaruhi keberadaan air
disuatu tempat, gerak kapiler pada tanah basah akan lebih cepat daripada
gerakan keatas maupun kesamping (Mulyani, 1991).
Kapasitas
Lapang
Kapasitas
lapang adalah
suatu keadaan tanah yang merupakan tanah paling lembab dan mampu untuk menahan
kadar air terbanyak terhadap adanya gaya tarik bumi atau gaya grafitasi.kapasitas lapang sangat berhubungan
dengan lingkungan dan kondisi tanah yang mampu untuk menahan air didalamnya.
Misalnya di suatu daerah memiliki kondisi tanah yang bagus dengan kapasitas
lapang terbaik maka di dalam tanah tersebut mungkin saja terdapat akar-akaran
dari pohon sehingga membantu penyerapan air tanah dan menyimpannya lebih lama
di dalam tanah.Akan tetapi dengan berkurangnya jumlah pepohonan menjadikan
ekosistem di dalam tanah menjadi semakin buruk dan air tanahpun akan cepat
sekali menguap, sehingga tak heran kalau suatu saat nanti akan menimbulkan
bencana banjir (Mulyani, M. 1991)
Menurut
(Hardjowigeno, 2007) bahwa air terdapat di daalam tanah karena di tahan/diserap
oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase
yang kurang baik. air dapat mersap atau ditahan oleh tanah karena adanya
gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi. karena adanya gaya-gaya tersebut maka
air dalam tanah dapat dibedakan menjadi:
a. Air higroskopis, yang terserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat
digunakan tanaman (adhesi antara tanah dan air)
b. Air kapiler, yang terdapat dalam tanah dimana kohesi dan daya adhesi lebih
kuat dari gravitasi. dapat bergerak kesamping atau keatas karena gaya-gaya
kapiler. sebagian besar dari air kapiler merupakan air yang tersedia bagi
tanaman.
Titik
layu permanen (permanent wilting point)
artinya
kondisi kandungan air tanah yang sudah tidak bisa diserap oleh tanaman sehingga
tanaman akan layu dan mati. Jika tanah tersebut disiram kembali dengan air,
tanaman masih tetap tidak mampu menyerap air karena sudah mati.
Kapasita lapang (field capacity)
Kapasita lapang (field capacity)
artinya
kondisi air tanah antara titik layu permanen dengan kondisi jenuh air. Lebih
mudahnya, jika tanah dalam pot disiram air, maka kelebihan air akan menetes ke
bawah. Keadaan dimana air tersisa yang masih menempel pada agregat-agregat
tanah tersebut disebut kapasitas lapang.Tanaman hanya bisa menyerap air dalam
keadaan kapasitas lapang ini.
Penyerapan
aktif
adalah
menyerapan air dan zat hara secara aktif oleh tanaman, misalnya secara difusi
karena perbedaan konsentrasi di dalam sel tanaman dan di dalam tanah; bukan
secara pasif misalnya karena transpirasi tanaman yang menyebabkan air secara
pasif masuk ke dalam tanah.
BAB III
METODOLOGI
3.1Bahan dan Alat
1.
Lahan
pertanian(belakang laboratoriumfakultas pertanian Bengkulu
2.
Pupuk
kandang,pupuk urea,TSP,KCL,dan peptisida
3.
Benih
tomat
4.
Oven
5.
Tensiometer(alat
ukur kelembapan tanah
6.
Ring
sample
7.
Baju
praktikum saat praktikum
8.
Kalkulator
3.2 cara kerja
1.
Memilih
lahan pertanian di areal percobaan pertanian lab agronomi
2.
Mengolah
tanah dengan ukuran 3 x 3 m
3.
Membuat
masing-masing 3 petak
4.
Menanam
benih tomat
5.
Memelihara
sesuai standar pengolahan tanaman tomat tersebut
6.
Pada
minggu ke 5 dan ke 6 menyiram tanaman tomat tersebut
7.
Pada
lahan 1 membuat tanah pada keadaan kapasitas lapang,
8.
Petakan
kedua disiram 4 hari sekali
9.
Petakan
ke tiga tidak disiram sama sekali
10.
Untuk
mencegah terkena hujan maka dibuat naungan dari plastik untuk menghindarinya
11.
Satu
petak di sediakan untuk mengetahui kondisi lengas tanah pada saat jenuh
12.
Pembuatan
sampel diusahakan melakukan pengukuran lengas tanah menggunakan alat
tensiometar
13. Pada minggu ke 7-8 melakukan pengambilan sampel di ketiga
petakan untuk menghitung bulk density dan lengas tanah.lengas tanah yang
dihitung adalah kedalaman 15 cm dan 30 cm dengan menggunakan rumus
14. Lengas tanah(%)= berat basah sampel tanah –berat kering
sampel tanah x 100 berat basah sampel tanah
15. Mencatat semua data yang diperoleh termasuk kondisi tanah
(penampakan atau vigor)pada saat pengukuran /pengambilan sampeltanah yang
dilakukan.
16. Menghitung kebutuhan
air dengan tugas yang diberikan pada saat praktikum di Lab.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
Berat tanah kapasitas jenuh
Sampel ring
|
Berat awal (gram)
|
Berat akhir (gram)
|
Rata rata berat akhir
|
1
|
331.8
|
228.41
|
302.32
|
2
|
303.1
|
182.06
|
|
3
|
323.1
|
224.86
|
|
4
|
282.1
|
182.02
|
|
5
|
271.5
|
177.90
|
Berat tanah kapasitas lapang
Sampel ring
|
Berat awal (gram)
|
Berat akhir (gram)
|
Rata rata berat akhir
|
1
|
314.8
|
236.99
|
293.64
|
2
|
283.3
|
209.85
|
|
3
|
280.2
|
214.07
|
|
4
|
288.4
|
213.10
|
|
5
|
301.5
|
227.61
|
Berat tanah aktual
Sampel ring
|
Berat awal (gram)
|
Berat akhir (gram)
|
Rata rata berat akhir
|
1
|
237.7
|
177.40
|
277.36
|
2
|
301.9
|
227.45
|
|
3
|
255
|
190.09
|
|
4
|
257.4
|
185.92
|
|
5
|
334.8
|
250.03
|
Berat tanah layu permanen
Sampel ring
|
Berat awal (gram)
|
Berat akhir (gram)
|
Rata rata berat akhir
|
1
|
194.95
|
182.32
|
191.852
|
2
|
179.06
|
162.19
|
|
3
|
202.68
|
187.14
|
|
4
|
188.41
|
170.40
|
|
5
|
194.16
|
186.52
|
PERHITUNGAN
Tanah
|
A
|
B
|
Jenuh
|
302,32
|
199,05
|
Kapasitas lapang
|
293,64
|
220,324
|
Aktual
|
277,36
|
206,178
|
TLP
|
191,852
|
177,642
|
Perhitungan
:
·
Jenuh
KA = × 100% = × 100%
= 34,15%
·
Kapasitas
Lapang
KA = × 100% = × 100%
= 24,96%
·
Aktual
KA = × 100% = × 100%
= 25,75%
·
Titik
Layu Permanen
KA = × 100% = × 100%
= 7,4 %
Volume
× t
= 3,14. (3,7)2.5
=3,14 . 13,69 . 5
= 214,93 cm2
BD=
= = 0,93
Jawaban
Pertanyaan
1.
Hitung total air yang
terdapapt pada kondisi actual pada kedalaman 30 cm !
dw
= ρr × × ds
=0,93
× × 30
=
7,18
2.
Hitung kedalaman tanah
yang dibatasi akibat penyiraman air sebanyak 35 mm !
dw
= ρr × × ds
35
mm=0,93 × × ds
35
mm = (0,93 × 0,084) × ds
Ds =
= 448,02 mm /1000 =4,48 m
3.
Hitung jumlah air yang
tersedia pada kedalaman 30 cm pada saat
kondisi kapasitas lapang !
dw
= ρr × × ds
=0,93
× × 30
=
0,93 × 0,2675 × 30
=
4.
Terkait dengan
pertanyaan nomor 2, apakah tanaman saudara telah tercukupi kebutuhan airnya
pada saat penyiraman sebanyak 35 mm ?
Jawabannya : sudah
tercukupi karena air sudah meresap sedalam 4.48 meter, seperti yang kita
ketahui bahwa perakaran tanaman tomat hanya sekitar 40 cm di bawah tanah.
4.2
Pembahasan
Dari hasil yang diperoleh, diketahui
bahwa kandungan air dari setiap suasana tanah sangat berbeda.Keadaan tersebut
dapat dipengaruhi oleh kandungan bahan organik tanah dan kedalaman solum di dalam ring
sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2007) yang menyatakan bahwa
kadar air tanah dipengaruhi oleh kadar bahan organik tanah dan kedalaman solum,
makin tinggi kadar bahan organik tanah akan makin tinggi kadar air, serta
makin dalam kedalaman solum tanah maka kadar air juga semakin tinggi.
Kandungan air tanah jenuh adalah
sebesar 34.15%, untuk kapasitas lapang sebesar 24.96 %, untuk actual 25.75 % dan
untuk titik layu permanen sebesar 7.4 % yang mungkin kondisi ini dipengaruhi oleh besarnya tegangan air dalam
sampel tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno S. (1992)
yang menyatakan bahwa banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan
besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Kandungan air di
dalam tanah dipengaruhi oleh antara lain
dipengaruhi oleh tekstur tanah, bahan organik , dan perlakuan akan penyiraman
atau pemberian air.
Tanah-tanah yang bertekstur kasar
mempunyai daya menahan air yang lebih kecil dari pada tanah yang bertekstur
halus.Pasir umumnya lebih mudah kering dari pada tanah-tanah bertekstur
berlempung atau liat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kadar air yang diperoleh :
·
Untuk tanah jenuh : 34.15 %
·
Untuk kapasitas lapang : 24.96 %
·
Untuk tanah actual : 25.75 5
·
Untuk titik layu permanen sebesar : 7.4 %
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
banyaknya kadar air dalam tanah adalah banyaknya curah hujan atau air irigasi,
kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung
melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar bahan
organik tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman solum
tanah atau lapisan tanah.
5.2 Saran
Sebaiknya
dalam pengambilan sampel tanah agar lebih berhati – hati dan tidak menepuk
nepuk untuk memadatkan ring, karena perbandingannya akan sangat jauh.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H. O., and Brady. 1982. Ilmu
Tanah. Bharata Karya Aksara : Jakarta.
Foth, H.D., 1998. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah.. Edisi VI. Erlangga, Jakarta.
Hakim.N., dkk. 1986. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung
: Lampung.
Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar
ILmu Tanah. Rajawali Pers : Jakarta.
Hardjowigeno. S., 1993.Ilmu
Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta.
Hakim N., M.Y. Nyakpa, A. M. Lubis,
S.G. Nugroho, H.M. Soul, M.A. Diha, Go Bang Hong, H.H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Badan Kerjasam
Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur. Ujung Pandang.
Haryati.2003. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman.
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.Hardjowigeno.S, 2003.Ilmu Tanah. Penerbit Akademika
Pressindo, Jakarta.
H.Asmadi., 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama
Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur, Ujung Pandang.
Mulyani, M. 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta.
Jakarta
Pairunan ,A.K., JL.Nanere, Arifin.
S.R.Samosir, R.Tangkai Sari, J.R.Lalopouo, B.Ibrahim,
No comments:
Post a Comment
mohon komentarnya