LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BENIH
ACARA VII
“ OSMOCONDITIONING ”
OLEH :
NAMA : APOLLO WIJAYA HALOHO
NPM : E1J012071
COASS : RIDUAN HUTABARAT
SHIFT : RABU JAM 14:00
PRODI : AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Untuk mengetahui kualitas dan mutu benih dapat
dilakukan pengujian benih.Pengujian benih sangat bermanfaat bagi produsen,
penjual benih, dan konsumen benih, terutama para petani.Dengan pengujian benih
tersebut mereka dapat memperoleh keterangan yang dapat dipercaya tentang mutu
atau kualitas dari suaru benih.
Pengujian daya
simpan benih merupakan salah satu dalam metode uji vigor benih dengan
lingkungan sub-optimum, tetapi lingkungan tersebut diberikan sebelum benih
dikecambahkan.Uji pengusangan dipercepat merupakan salah satu dari metode daya
simpan benih.Pengujian daya simpan benih bermanfaat untuk menduga berapa lama
lagi benih dapat simpan sehingga sangat berguna produsen, pedagang dan penyalur
benih.
Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium
adalah pada kondisi optimum.Padahal pada kondisi lapang jarang didapati berada
pada keadaan optimum.Keadaan sub-optimum yang tidak menguntungkan di lapangan
dapat menambah segi kelemahan benih dan dapat mengakibatkan persentase
perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya.
Secara edial semua
benih harus mempunyai kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga walaupun disimpan
pada kondisi yang kurang mendukung masih dapat berkecambah dan tumbuh dengan
normal serta dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi.Akan tetapi kekuatan
benih dalam menaggulangi lungkungan yang kurang mendukung itu berbeda.
Dengan lingkungan sub-optimum yang diberikan kepada benih dianggap
sebagai suatu cara simulasi lingkungan yang dapat menyebabkan kemunduran mutu
benih dalam penyimpanan. Lingkungan yang lazim dan pas utuk benih adalah dalam
suhu kamar dengan komponen lingkungan utama berupa suhu dan kelembaban nisbi
atmosfer, maka metode uji pengusangan dipercepat merupakan metode uji simulasi
yang lebih sesuai dibandingkan dengan uji daya simpan benih yang lainnya.
1.2 Tujuan
Praktikum
Mampu
melakukan prosedur osmoconditioning terhadap beberapa jenis benih secara benar.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan beberapa penelitian diketahui bahwa
pengamatan terhadap presentase perkecambahan benih sorgum pada tanah salin
menunjukkan bahwa perlakuan osmoconditioning dengan menggunakan masing-masing
Na2SO4 0,2 M, dan NH4Cl2 0,2 M berpengaruh nyata. Paada penelitian jagung
perlakuan osmoconditioning dengan menggunakan K2SO4 1,5% dapat meningkatkan
presentase perkecambahan jagungpada tanah salin dengan menggunakan konsentrasi
yang lebih tinggi yaitu 4,5% dapat menghambat perkecambahan jagung.
Berbagai cara yang dilakukan sehubungan dengan
perlakuan invigorasi benih sebelum tanam yaitu osmoconditioning, priming,
mouisturizing, hardening. Namun demikian cara yang umum digunakan adalah
osmoconditioning. Perlakuan benih secara fisiologis untuk memperbaiki
perkecambahan benih melalui imbibisi air secara terkontrol telah menjadi dasar
dalam invigorasi benih. Saat ini perlakuan invigorasi merupakan salah satu
alternative yang dapat digunakan untuk mengatasi mutu benih yang rendah yaitu
dengan cara memperlakukan benih sebelum tanam untuk mengaktiofkan kegiatan
metabolisme benih sehingga benih siap memasuki fase perkecambahan. Selam proses
invigorasi terjadi peningktan kecepatan dan keserempakan perkecambahan serta
mengurangi tekanan lingkungan yang kurang menguntungkan. Invigorasi dimulai
saat benih berhidrasi pada medium imbibisi yang berpotensial rendah.Biasanya
dilakukan pada suhu 15-200C.setelah keseimbangan air tercapai
selanjutnya kandungan air dalam benih dipertahankan. (khan et.al,1992).
Matriconditioning
merupakan proses perbaikan fisiologis dan biokimia
benih dengan menggunakan media yang berpotensial matriks tinggi sehingga
potensial osmotiknya dapat diabaikan selama imbibisi (Khan et al., 1992). Media yang digunakan
untuk matriconditioning harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
·
Memiliki potensial
matrik tinggi sehingga potensial osmotik dapat diabaikan
·
Daya larut dalam air
rendah
·
Bahan inert dan tidak
beracun
·
Luas permukaannya
tinggi dan berat jenisnya rendah
·
Memiliki struktur
bahan, ukuran,dan porositas yang berbeda sehingga dapat berfungsi sebagai
mobilisator enzim juga katalisator.
·
Berkemampuan merekat
pada permukaan benih
·
Mampu menyerap air
dengan baik (Ilyas, 1995).
Beberapa
penelitian menunjukkan, perlakuan matriconditioning
mampu
meningkatkan
viabilitas benih lebih baik dibanding perlakuan hidrasi benih yang lain.
Perlakuan matriconditioning dengan
abu gosok pada benih padi mampu meningkatkan viabilitas dan vigor yang lebih
baik dibanding perlakuan osmoconditioning
dan kontrol .Pada benih jagung hibrida dengan
perlakuan hidrasi benih yang berbeda
menunjukkan, perlakuan matriconditioning
mampu meningkatkan daya berkecambah, menurunkan T50, meningkatkan
panjangakar, dan panjang tajuk, dibanding perlakuan osmoconditioning dan hydropriming.Benih
kanola yang diberi perlakuan matriconditioning
jugamenunjukkan pertumbuhan yang tinggi pada fase perkecambahan, fase
pembibitan,serta peningkatan permeabilitas membrane.Hasil yang berbedaterdapat
pada penelitian menggunakan benih gadum yang menunjukkan perlakuan benih dengan
hydropriming dan hardening meningkatkan viabilitas dan
vigor lebih baik dibanding perlakuan matriconditioning
dan kontrol (Bintoroet al., 2005).
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Bahan :
·
Garam CaCl2
·
Garam NaCl
·
Garam KCl
·
Garam KNO3
·
Benih cabai
·
Benih kacang panjang
·
air aqua
·
pengaduk
Alat :
·
timbangan digital
·
gelas Erlenmeyer 100 ml
·
saringan the
·
kertas tissue
·
cawan aluminium
3.2 Cara Kerja
a.
Persiapan
media osmoconditioning
1. Ditimbang
2,22 g garam CaCl2, 1,64 g NaCl, 2,07 g KCl, dan 3 g KNO3.
2. Tiap-tiap
garam tersebut dilarutkan kedalam 100 ml air aqua untuk memperoleh potensial
osmotic sebesar -1,25 Mpa.
3. Agar
garam cepat larut maka diaduyk dengan menggunakan pengaduk.
4. Masing-masing
media osmoconditioning dituangkan kedalam gelas Erlenmeyer 100ml.
b.
Pelaksanaan
osmoconditioning
1.
Disiapkan 25 butir
benih cabe dan kacang panjang untuk osmoconditioning dan ± 10 gr untuk setiap
benih untuk pengukuran kadar air awal.
2.
25 benih tersebut
ditimbang dengan timbangan digital.
3.
2 gelas erlenmyer 100ml disiapkan untuk setiap jenis benih.
4.
Pada setiap gelas
tersebut diberi label sesuai dengan media osmocopnditioningnya (Larutan CaCL2.
NaCl, KCl, atau larutan KNC3.
5.
Setiap 25 butir benih
direndam kedalam setiap media osmoconditioning selam waktu yang ditentukan (24,
48,72 jam). Rasio antara benih dengan media osmoconditioning sebesar 1:5(w/v).
6.
Saat waktu perendaman
mencapai waktu 24 jam, 25 benih dikeluarkan dari media osmoconditioning.
7.
Benih dikeringkan
dengan kertas tissue dan kemudian ditimbang(missal FW g).
8.
Setlah ditimbang,
benioh dimasukkan kembali kedalam media osmoconditioning yang sama.
9.
Setelah diketahui
beratnya, kadar airnya dihitung dengan menggunakan rumus :
10. Prosedur
7, 8, 9, dan 10 diulangi untuk perendaman 48 dan 72 jam.
11. Kadar
air benih dilaporkan setelah diperlakukan dengan osmoconditioning selam 24, 48,
dan 78 jamdengan menggunakan formatr yang telah disediakan.
c.
Pengukuran
kadar awal benih
1. Benih
cabai dan kacang panjang ditimbang kira-kira 10 gr.
2. Setelah
bobot awal dicatat, setiap benih ditempatkan dalam cawan alumunium foil.
3. Pada
setiap cawan tersebut diberi nomor(1,2,3,dan 4) agar mudah mengenalinya
sehingga antar ulangan tidak tercampur.
4. Benih
ditempatkan dalam oven dengan suhu rendah konstan (1030C) selama 12
jam.
5. Setelah
12 jam, cawan dikeluarkan dari oven kemudian dinginkan dahulu dalam desikator
selamaq 5 menit.
6. Ditimbang
cawan plus benih(bobot kering benih) setelah didinginkan.
7. Kadar
air benih dihitung dengan mengguankan ruymus :
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Jenis
benih
|
media
|
Lama
osmoconditioning
|
||
24
jam
|
48
jam
|
120
jam
|
||
1
hari
|
2 hari
|
5
hari
|
||
Cabai
|
CaCl2
|
0,38
|
0,31
|
0,54
|
|
NaCl
|
0,44
|
17,59
|
0,52
|
|
KCl
|
0,44
|
17,34
|
0,37
|
K.merah
|
CaCl2
|
16,47
|
15,82
|
18,26
|
|
NaCl
|
17,03
|
17,59
|
16,13
|
|
KCl
|
16,26
|
15,82
|
15,72
|
No
|
Bahan
|
Berat
sebelum
Dioven
(g)
|
Berat
setelah
dioven
(g)
|
Berat
Akhir
(g)
|
1
|
Cabai
|
0,1
gr
|
6,9
gr
|
4,31
gr
|
2
|
Kacang merah
|
10
gr
|
9,32
gr
|
9,32
gr
|
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah
dilakukan mengenai pengyujian osmoconditioning, yang mana pada praktikum ini
yang diuji adalah benih cabe dengan benih kacang merah dengan menggunakan tiga
perlakuan diantaranya larutan garam NaCl2, larutan KCl, dan larutan
CaCl2. Pada pengujian yang telah dilakukan dengan prosedur atau cara
kerja yang telah ditentukan, yang mana hasil dari masing-masing perlakuan dapat
kita lihat pada hasil pengamatan seperti yang tertera diatas. Dari data yang
telah didapatkan dari hasil pengamatan dengan menggunakan waktu 24 jam, 48 jam,
dan 72 jam, maka kita dapat melakukan penghitungan berapa kadar air yang
terdapat pada masing-masing benih dengan perlakuan yang tersebut. Selain itu
kita juga bisa melakukan penghitungan untuk menentukan berapa kadar air setelah
direndam didalam media osmotikum selama jangka waktu tertentu [FMC] Dengan menggunakan rumus seperti
pada perhitungan dibawah:
PERHITUNGAN
KADAR AIR AWAL (IMC)
Data 1 perhitungan oven
(Tidak valid) karena timbangannya tidak konstan.
Data 2 perhitungan oven
( valid) karena timbangannya konstan.
KADAR AIR AKHIR Kacang
Merah (FMC)
v Data 1 Kacang Merah perlakuan selama 1
hari
v Data 1 Kacang Merah perlakuan selama 1
hari
v Data 2Kacang Merah perlakuan selama 2
hari
v Data 3 Kacang Merah perlakuan selama 5
hari
KADAR AIR AKHIR Cabe (FMC)
v Data 1 Cabeperlakuan selama 1 hari
v Data 2 Cabe perlakuan selama 2 hari
v Data 3 Cabe perlakuan selama 5 hari
BAB V
KESIMPULAN
1. Persentase
kadar air benih dilakukan pada jam ke 24, 48, dan 72, yang mana nantinya dapat
kita lihat dari berbagai perlakuan terdapat perbedaan kadar air benih tersebut.
2. Pertumbunhan
awal yang baik dari suatu populasi tanaman selain dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan juga sangat tergantung pada kemampuan tumbuh setiap benih yang
ditanam.
3. jika
kadar air pada benih rendah maka benih tidak bisa melalukan berbagai proses
biokimiawi
DAFTAR
PUSTAKA
Bintoro,
M.H. 1990. “Pengaruh NaCl Terhadap Pertumbuhan Kultivar
Tomat”. Bull
Hasanah M.
2002. Peran mutu fisiologis benih dan pengembangan industry benih tanaman industry.Balai penelitian tanaman
rempah, Bogor.
Ilyas,
S. 1995. Perubahan fisiologi dan biokemis benih dalam proses seed
conditioning. Keluarga Benih.
Tim
Penyusun. 2012. Dasar-dasar Teknologi Benih. Bengkulu :
Laboratorium Agronomi UNIB.
No comments:
Post a Comment
mohon komentarnya