LAPORAN
PRAKTIKUM PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT TERPADU
Acara
2. Pengaruh perlakuan benih terhadap perkembangan hama dan penyakit tanaman
NAMA : APOLLO WIJAYA HALOHO
NPM : E1J012071
DOSEN : Dr.Ir.HENDRI BUSTAMAN, MS
LABORATORIUM
ILMU HAMA PENYAKIT TANAMANAN
FAKULAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kacang
panjang (Vigna unguiculata sesquipedalis L) merupakan tumbuhan yang
dijadikan sayur atau lalapan. Kacang panjang ini tumbuh dengan cara memanjat
atau melilit. Bagian yang dijadikan sayur atau lalapan adalah buah pokok
tersebut
Faktor
biotis merupakan salah satu penyebab penurunan produksi kacang panjang. Faktor
biotis adalah makhluk hidup yang menimbulkan kerusakan pada tanaman, seperti
manusia, hewan/binatang, serangga, jasad mikro ataupun submikro dan lain
sebagainya.
Hama
adalah binatang yang selalu menyebabkan kerugian bagi seorang petani.Penyakit
tanaman adalah semua penyebab tanaman sakit dan akan merugikan jika tudak
dikendalikan. Sedangkan nematode adalah organism kecil yang hidup di sekitar
perakaran tanaman.Semua gangguan ini harus selalu di kendalikan secara tepat
dan efektif. Cara pengendalian yang dilakukan yaitu dengan cara memberantas
secara biologis,kimia, dan manual. Pemberantasan ini sangat perlu sekali karena
gulma, hama,penyakit, dan nematoda akan menyebabkan kerugian yang sangat besar.
Hama yang menyerang tanaman kacang panjang adalah tungau, ulat grayak,
belalang, capung, kepik, dan walang sangit.
Di Indonesia peningkatan produksi pertanian diupayakan
melalui ektensifikasi, intensifikasi, dan deversifikasi. Upaya ekstensifikasi
dilakukan antara lain dengan perluasan daerah irigasi, pembukaan lahan
pasang-surut di Kalimantan dan Sumatera, serta pembukaan lahan 1.000.000 hektar
persawahan di lahan gambut di Sumatera. Upaya-upaya tersebut belum mampu
mengatasi masalah pangan bagi negara kita yang laju pertumbuhan penduduknya
sangat cepat. Upaya lain adalah dengan intensifikasi, yaitu meningkatkan
produksi pertanian per satuan luas. Intensifikasi dilakukan melalui panca-usaha
pertanian sebagai berikut : (1) Pemilihan bibit unggul yang berpenghasilan
tinggi, sedapat mungkin yang tahan terhadap hama dan penyakit, serta memiliki
rasa enak; (2) Penggunaan pupuk berimbang dan rasional; (3) Mengusahakan
irigasi yang teratur; (4) Meningkatkan teknik bercocok tanam yang lebih
menguntungkan; (5) Pengendalian terhadap OPT melalui higenis pertanaman, dan
penggunaan bahan kimia pestisida yang rasional. Upaya deversifikasi dilakukan
dengan meningkatkan keragaman pertanaman, bukan monokultur.
Dan untuk praktikum ini dilakukan beberapa tehnik perlakuan
terhadap benih yaitu :
1. seleksi benih sehat
2. solarisasi benih
3. perendaman dengan air hangat
4. pemberian agensia hayati
5. penyalutan dengan pestisida
Kedudukan Perlindungan Tanaman dalam budidaya tanaman adalah
sangat penting dan mutlak dilakukan, mengingat Perlindungan Tanaman merupakan
jaminan dalam mempertahankan produksi tanaman terhadap gangguan OPT. Tanpa
dilakukan Perlindungan Tanaman pada budidaya tanaman sulit dipastikan bahwa
petani akan mampu panen sesuai dengan harapan mereka.
1.2 Tujuan
Praktikum
Praktikum bertujuan untuk :
1.
Meningkatkan keterampilan
mahasiswa unutk menurunkan populasi awal populasi hama dan pathogen yang menular melalui benih
2.
Membandingkan teknik perlakuan
benih untuk menurunkan populasi awal hama dan pathogen di tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas benih
merupakan titik awal dan faktor yang paling penting bagi keberhasilan produksi
tanaman.Benih adalah penentu awal bagi perkembangan tanaman dan bagi
keberhasilan budidaya. Penggunaan benih yang berkualitas akan memastikan
kemajuan yang diperoleh dari aplikasi input lain pada produksi pertanian
seperti pemupukan dan pengairan. Hanya dengan penggunaan benih yang bermutu
atau berkualitas baik yang dapat memastikan hasil yang memuaskan dari budidaya
(Zecchinelli, 2009).
Hal penting dalam
penyediaan benih bermutu adalah kualitas benih. Kualitas benih ini sendiri
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu potensi genetik, kemasakan biji,
lingkungan selama tahap pembentukan biji, ukuran biji dan kerapatan tanam,
kerusakan mekanis, umur benih dan kemundurannya, serangan mikroorganisme, dan
kerusakan akibat chilling injury.(Copeland, 1976)
Benih murni adalah
semua benih masak utuh, benih berukuran kecil, mengkerut, tidakmasak, benih
yang telah berkecambah sebelum diuji, dan pecahan benih yang ukurannyalebih
besar dari separuh benih yang sesungguhnya, dengan catatan benih tersebut
sudahpasti merupakan benih dari varietas/spesies tersebut. (Rustini, 2012)
Kotoran benih mencakup
partikel-partikel tanah, pasir, dan bagian-bagian tanamanseperti ranting, daun,
dan lainnya, sedangkan benih tanaman lain/biji gulma termasuk semuapecahan
benih yang tidak memenuhi persyaratan baik dari komponen benih murni,benih
varietas/spesies lain, dan semua benih atau bagian vegetatif tanaman yang
termasukkategori gulma serta pecahan gulma. (Rustini, 2012)
Produksi benih
berkualitas merupakan proses yang panjang, dimulai dari pemilihan bahan
tanaman, pemeliharaan tanaman, panen, serta penanganan setelah panen. Agar
produksi benih berhasil, selain mempertimbangkan factor genetik (bahan
tanaman), perlu pula diperhatikan faktor-faktor lainnya seperti lokasi
produksi, iklim, isolasi, ketersediaan serangga penyerbuk, tenaga yang terampil
dan murah, serta sistem transportasi yang memadai. (Hasanah, 2002)
Hama Tanaman
Hama tanaman merupakan binatang pengganggu tanaman antara
lain berupa tungau dan nematoda hama ini ada yang menyerang daun, akan dan
polongnya. Beberapa hama yang sering menyerang tanaman kacang panjang antara
lain :
1. Kutu kebul.
Gejalanya adalah secara perlahan
daun menguning hingga hampir ke seluruh helai dan warna hijau hanya ada di
dekat tulang daun. Pada serangan hebat seluruh daun menguning dan mati.
Penyebabnya adalah kutu kebul (lalat putih). Cara pencegahan dan
pengendaliannya adalah (a) melakukan pergiliran tanaman, (b) bila suatu lahan
terserang secara terus menerus, pada musim hujan tidak boleh ditanami tanaman
inang, (c) pengendalian secara biologi dengan musuh alaminya kumbang Scymnus
sp. dan jenis laba-laba (d) pengendalian secara kimia antara lain dengan
penyemprotan insektisida Azodrin 60 WSC (monokrotofos) (Untung k ,1992).
2. Ulat jengkal.
Gejalanya
adalah terdapat bekas gigitan pada tepi daun muda yang semakin lama semakin ke
tengah sehingga hanya tersisa tulang daunnya. Penyebabnya Plusia chalcites
Esper atau Chrydeixis chalcites Esper. Nama daerah ulat ini adalah ulat lompat,
ulat jengkat semu, atau ulat keket.Pengendalian hama ini dilakukan dengan
menggunakan musuh alaminya yaitu Apanteles sp dan Litomastix sp. Selain itu,
pemberantasan dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida Sumicidin 50 CE
(fenvalerat) (Untung k ,1992).
3. Lalat kacang.
3. Lalat kacang.
Gejalanya
daun tanaman muda (umur 14-30 hari) berbintik putih, kemudian menjadi kuning
dengan titik cokelat di tengahnya. Titik cokelat tersebut merupakan tempat atau
bekas tusukan hama sewaktu menghisap cairan tanaman dan tempat meletakkan
telur. Penyebabnya adalah lalat kacang Phiomya phaseoli Tr atau Agromyza
phaseoli Cog.
Cara pencegahan dan pengendalian hama ini adalah (a) lakukan pergiliran tanaman, (b) penanaman dilakukan secara serempak, (c) pada awal penanaman atau pada saat tanaman masih muda, lahan diberi mulsa dari jerami padi atau alang-alang. (d) tanaman yang terserang segera dicabut, dibakar, atau dipendam di dalam tanah. (e) pencegahan dapat dilakukan pada awal penanaman dengan insektisida Larvin (tiodikarb) sebanyak 10-20 g/kg benih. Insektisida ini dapat pula disemprotkan pada tanaman berumur 8-10 hari, (f) Hama dapat pula dibasmi dengan insektisida Azodrin 60 WSC (monokrotofos). Penyemprotan dilakukan pada saat tanaman berumur 8 hari. Selain menggunakan insektisida semprot, dapat pula digunakan insektisida yang dipendam dalam tanah, misalnya Furadan 3 G (Untung k ,1992).
Cara pencegahan dan pengendalian hama ini adalah (a) lakukan pergiliran tanaman, (b) penanaman dilakukan secara serempak, (c) pada awal penanaman atau pada saat tanaman masih muda, lahan diberi mulsa dari jerami padi atau alang-alang. (d) tanaman yang terserang segera dicabut, dibakar, atau dipendam di dalam tanah. (e) pencegahan dapat dilakukan pada awal penanaman dengan insektisida Larvin (tiodikarb) sebanyak 10-20 g/kg benih. Insektisida ini dapat pula disemprotkan pada tanaman berumur 8-10 hari, (f) Hama dapat pula dibasmi dengan insektisida Azodrin 60 WSC (monokrotofos). Penyemprotan dilakukan pada saat tanaman berumur 8 hari. Selain menggunakan insektisida semprot, dapat pula digunakan insektisida yang dipendam dalam tanah, misalnya Furadan 3 G (Untung k ,1992).
.
4.tungau merah
Gejalanya adalah daun yang tua
berbercak kuning. Kemudian meluas dan seluruh daun menjadi kuning kemudian
berubah lagi menjadi merah karat. Penyebabnya adalah tungau merah Tetranychus
cinnabaricus Boisd. T. Bimaculatus Harv, T. telatius dan T. cucurbitacearum.
Cara pencegahan dan pengendaliannya dapat dilakukan dengan (a) menjaga
kebersihan kebun, (b) penanaman dilakukan pada musim penghujan, (c) daun yang terserang
dibuang dan hama yang ada ditangkap, (d) melepaskan predator tungau, seperti
Phytoseulus permisilis Atk Henr, P. mocropilis Banks, Stethorus gievifrons, S.
punctillum, atau scolothrip sexmaculatus, (d) pemberantasan hama dengan
penyemprotan pestisida Morestan 25 WP (oksikuinoks) atau Kelthane MF (dikofol).
Hama-hama lain yang menyerang tanaman kacang panjang, yaitu penggerek polong, keping
polong dan nematoda akar (Untung k ,1992).
Penyakit tanaman
Penyakit dapat menyebabkan tanaman terganggu pertumbuhannya.
Penyebab gangguan tersebut berupa bakteri, virus, cendawan maupun tanaman yang
mengalami kelebihan atau kekurangan unsur hara. Beberapa penyakit yang
menyerang tanaman kacang panjang, yaitu:
1. Layu sklerotium. Gejalanya pada pangkal batang mula-mula terdapat benang-benang putih seperti bulu berubah bentuk menjadi butir-butir bulat atau jorong dan warnanya berubah menjadi cokelat. Penyebabnya cendawan sclerotium rolfsii Sacc yang disebut juga Corticium rolfsii (Sacc) Curzi. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan mencabut tanaman yang terserang lalu dibakar. Pencegahan adalah dengan menjaga drainase agar tetap baik dan mengatur jarak tanam. Pengendalian secara kimia dengan pestisida belum dilakukan.(Metcalf, R.I. 1982).
2. Karat daun. Gejalanya mula-mula hanya terdapat bercak kecil berwarna putih, semakin lama bercak menjadi cokelat bertepung dikelilingi warna kuning atau cincin cokelat yang kemudian berkembang menjadi cokelat tua. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Uromyces phaseoli (Pers) Wint yang termasuk Uredinales atau cendawan karat. Pengendaliannya dengan pemilihan benih yang baik dan pengiliran tanaman. Pengendalian dengan cara penyemprotan fungisida, misalnya dithane M-45.(Metcalf, R.I. 1982).
1. Layu sklerotium. Gejalanya pada pangkal batang mula-mula terdapat benang-benang putih seperti bulu berubah bentuk menjadi butir-butir bulat atau jorong dan warnanya berubah menjadi cokelat. Penyebabnya cendawan sclerotium rolfsii Sacc yang disebut juga Corticium rolfsii (Sacc) Curzi. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan mencabut tanaman yang terserang lalu dibakar. Pencegahan adalah dengan menjaga drainase agar tetap baik dan mengatur jarak tanam. Pengendalian secara kimia dengan pestisida belum dilakukan.(Metcalf, R.I. 1982).
2. Karat daun. Gejalanya mula-mula hanya terdapat bercak kecil berwarna putih, semakin lama bercak menjadi cokelat bertepung dikelilingi warna kuning atau cincin cokelat yang kemudian berkembang menjadi cokelat tua. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Uromyces phaseoli (Pers) Wint yang termasuk Uredinales atau cendawan karat. Pengendaliannya dengan pemilihan benih yang baik dan pengiliran tanaman. Pengendalian dengan cara penyemprotan fungisida, misalnya dithane M-45.(Metcalf, R.I. 1982).
3.Layu fusarium. Gejalanya
adalah bagian tulang daun pada mulanya menguning, kemudian menjalar ke tangkai
daun dan akhirnya daun menjadi layu. Warna kuning ini juga dapat menjalar ke
helai daun. Penyebabnya adalah cendawan Fusarium oxysporum f. sp. phaseoli . Pengendaliannya
dengan cara memusnahkan tanaman yang terserang dan menggunakan benih yang tahan
terhadap serangan patogen. Dapat pula dengan cara menyiramkan larutan
fungisida, misalnya Benhate dengan dosis 2 g/l air ke tanah bekas tanaman yang
sakit. (Metcalf, R.I. 1982).
4. Bercak daun.
Gejalanya berupa bercak berbentuk
bulat. Bercak pada permukaan daun bagian atau berwarna cokelat, sedangkan pada
permukaan bawah tampak berwarna hitam. Bercak-bercak tersebut umumnya berbentuk
bulat dengan diameter 1-5 mm. Penyebabnya adalah cendawan Cercospora canescens.
Pengendalian dengan cara pergiliran tanaman dan penyemprotan dengan fungisida,
seperti dalsense MX-200, Topsin M70 WP (Metcalf, R.I. 1982).
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
3.1 Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah 100 g benih kacang panjang, lahan praktikum berupa bedengan dengan
ukuran 3 x 1 m2, 16 kg pupuk kandang, 100 g Trihoderma harzianum, 10
ml suspense ridomil 0,3 % , 100 g pupuk urea, 50 g pupuk KCL, 50 g SP36.
Alat yang diperlukan dalam praktikum ini
adalah cangkul,meteran,ajir,2 buah drum plastik volume 100 L.
3.2
cara kerja
1.
Membersihkan
lahan dari gulma dengan cara dicangkul dan buat 5 bedengan berukuran panjang 3m
x lebar 1 m, dan tinggi bedengan 20 cm dengan jarak antara bedengan 60 cm dan
kemudian ditaburi dengan pupuk kandang.
2.
Menyiapkan
benih yang hendak ditanam. Menyeleksi kesehatan benih dengan menggunakan loup
dan membuang benih yang terkena penyakit.
3.
Menanam
benih disetiap bedengan dengan cara menugal dan 2 benih dimasukkan sedalam 10
cm dengan jarak tanam 50 x 50 cm, dengan perlakuan sebagai berikut :
a.
Perlakuan
1, seleksi benih sehat. Pada bedengan 1, benih yang telah diseleksi ditanam
sebanyak 2 benih per lubang tanam.
b.
Perlakuan
2, solarisasi benih. memasukkan 50 benih ke dalam kantong plastik hitam,
kemudian dijemur dengan panas matahari selama 2 jam, dan ditanami 2 benih per
lubang
c.
Perlakuan
3. Perendaman dengan air hangat. Memasukkan 50 benih ke dalam kantong plastik
kemudian direndam dengan air hangat dengan suhu 550 C selama 1 jam.
Dan kemudian menanam benih sebanyak 2 biji setiap lubang tanam
d.
Perlakuan
4.Pemberian agensi hayati. Memberikan sebanyak 5 g agensia hayati Trichoderma
harzianum ke dalam lubang tanam dan diaduk dengan tanah kemuadian memasukkan 2
benih kacang panjang setiap lubang tanam.
e.
Perlakuan
5.Penyalutan dengan pestisida. Memasukkan 50 benih ke dalam kantong plastik
kemudian ditambah 10 ml suspense fungisida Ridomil dengan konsentrasi 0,3 %,
kemudian digoyang-goyang sampai suspense pestisida terlarut ke benih. Dan
menanam kacang panjang dengan 2 biji setiap lubang tanam.
4.
Memberi
tanaman dengan ajir setinggi 2 meter setiap tanaman
5.
Memelihara
tanaman selama 12 minggu. Dan membersihkan gulma – gulma pada minggu ke 4 dan
ke 8 setelah tanam.
6.
Mengamati
:
a.
Jumlah
tanaman yang tumbuh pada hari ke 6 dan 23 setelah tanam. Menghitung jumlah
tanaman yang tumbuh setiap bedeng dan membandingkan dengan jumlah lubang
tanaman
b.
Mengukur
tinggi tanaman setiap minggu dengan cara mengukur dari pangkal batang sampai
daun paling ujung dengan menggunakan mistar
c.
Menghitung
jumlah tanaman yang terserang lalat bibit. Dengan cara mengamati jumlah tanaman
yang memiliki gejala serangan lalat bibit dan membandingkan dengan jumlah
tanaman yang ditanam, pengamatan dilakukan pada hari ke 4-10.
d.
Jumlah
tanaman yang terserang layu Sclerotium.Dihitung
dengan mengamati jumlah tanaman yang memiliki gejala layu dan dibandingkan
dengan jumlah tanaman yang tumbuh dan pengamatan dilakukan setiap minggu
e.
Jumlah
tanaman yang terserang penyakit virus. Dihitung dengan mengamati jumlah tanaman
yang memiliki gejala serangan virus dan dibandingkan dengan jumlah tanaman yang
tumbuh. Pengamatan dilakukan pada minggu ke 8-12.
f.
Jumlah
populasi hama aphids. Dihitung jumlah hama aphids pada setiap tanaman dan
dirata-ratakan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 hasil pengamatan
kacang panjang
NO
|
Perlakuan
|
Persentase tanaman tumbuh (%)
|
Tinggi tanaman (cm)
|
Serangan lalat bibit (%)
|
Persentase penyakit layu (%)
|
Persentase penyakit virus (%)
|
Persentase hama aphids (%)
|
1
|
Seleksi benih
|
33 %
|
41.66 cm
|
0%
|
58 %
|
0%
|
41.66 %
|
2
|
Solarisasi benih
|
58 %
|
23.33 cm
|
0%
|
50 %
|
0%
|
33.33 %
|
3
|
Perendaman air hangat
|
75 %
|
31.33 cm
|
0%
|
8.33 %
|
0%
|
33.33 %
|
4
|
Agensiasi hayati
|
100 %
|
33.33 cm
|
0%
|
8.33 %
|
0%
|
25 %
|
5
|
fungisida
|
0 %
|
17.5 cm
|
0%
|
0%
|
0%
|
0%
|
4.2 pembahasan
Hasil
praktikum di dalam tabel diatas diperoleh dari perhitungan yang saya lakukan
dari pengolahan hasil mentah yang disajikan menjadi hasil jadi seperti di dalam
tabel di atas, dan dari tabel di atas kit adapt melihat untuk persentase
tanaman tumbuh diperoleh 100 % atau semua tanaman tumbuh dengan perlakuan
agenisasi hayati, hal itu dikarenakan bahwa thricoderma telah melumpuhkan bibit
penyakit yang berada di beniih dan di dalam tanah yang berada di sekitar benih
sehingga benih kacang panjang dapat terjaga dari serangan penyakit,virus atau
pathogen sehingga benih dapat tumbuh semuanya. Dan peringkat kedua diperoleh
dengan perlakuan perendaman air hangat hal itu dikarenakan bibit bibit atau
pathogen mati karena suhu yang diberikan dapat membunuh pathogen yang ada pada
benih. Demikian juga untuk solarisasi benih diperoleh 58 % hal ini dikarenakan
pathogen pathogen yang ada pada benih tidak semua mati karena suhu dari
matahari belum cukup besar untuk membunuh pathogen yang ada di benih. Namun
pada praktikum ini diperoleh pada perlakuan fungisida daya tumbuh benih kacang
panjang 0 % hal ini disebabkan karena faktor kedalaman lobang tanam yang
terlalu dalam dan tanah penutup lubang terlalu padat sehingga pada saat
pengamatan dilakukan penyulaman atau penanaman ulang benih.
Kemudian
untuk persentase tinggi tanaman diperoleh hasil tertinggi berada pada perlakuan
pemilihan benih atau benih ungguk hal ini dikarenakan pada perlakuan ini
sengaja dipilih benih yang paling bagus dan paling sehat sehingga tanamannya
dapat tumbuh lebih tinggi yaitu 41.66 cm dan untuk paling terendah diperoleh
pada perlakuan fungisida yaitu 17.5 cm hal ini dikarenakan pada pengamatan
sebelumya tidak terdapat tanaman yang tumbuh jadi dilakukan penyulaman,
sehingga tinggi tanaman tertinggal di belakang.
Kemudian
untuk serangan lalat buah tidak terdapat serangan pada tanaman kacang panjang
begitu juga dengan persentase serangan virus tidak ada atau 0 %. Namun untuk
persentasi penyakit layu diperoleh hasil yang paling bagus pada perlakuan
fungisida karena tidak terdapat tanaman yang terserang penyakit layu dan paling
terburuk diperoleh oleh perlakuan pemilihan benih yaitu 58 %. Kemudian
ditemukan juga di lapangan terjadinya serangan aphids dimana pada perlakuan
seleksi benih terdapat banyak tanaman yang terserang yaitu 41.66 % kemudian
untuk perlakuan solarisasi benih dan perlakuan dengan perendaman dengan air
hangat memperoleh hasil yang sama yaitu 33.33 % dan untuk fungisida 0 % hal itu
mungkin dikarenakan karena umur tanamannya masih lebih muda dari pada tanaman
kacang panjang lainnya.
BAB
V
PENUTUP
5.1 kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan
dapat disimpulkan beberapa hal seperti :
1.
Dengan
menggunakan agen hayati maka pertumbuhan tanaman dapat diperoleh lebih tinggi
2.
Untuk
memperoleh tinggi tanaman yang bagus dapat menggunakan perlakuan seleksi benih
atau benih unggul
3.
Sserangan
lalat bibit tidak terjadi pada semua perlakuan
4.
Diantara
berbagai hama kacang panjang yang paling sering menyerang tanaman kacang
panjang adalah hama aphids
5.2 saran
untuk
memperoleh hasil yang lebih akurat hendaknya setiap perlakuan diberikan dengan
ulangan yang lebih.
Copeland, L.O. 1979. Principles of Seed Science and Technology.
Burgess Publ.Comp, Minneapolis.
Hasanah, M. 2002. Peran mutu fisiologik benih dan pengembangan
industri benih tanaman industri. Jurnal Litbang Pertanian 21(3):84–91.
Metcalf,
R.I. 1982. Insecticides in pest management. P. 218-277. In : R.I.
Metcalf and W.H. Luckman (eds.). Inroduction To Insect Pest Management. 2nd
ed. A Wiley-Interscience Publ. John Wiley & Sons. New York.
Rustini, Sri. 2012. Teknologi Pembenihan Kenaf. Balai
Peneitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang
Untung
K. 1992. Konsep dan strategi pengendalian hama terpadu. Simposium Penerapan PHT, PEI Cabang Bandung di Sukamandi, 3-4
September 1992
Zecchinelli, R. 2009. The influence of seed quality on crop
productivity. Proceedings of the Second World Seed Conference, FAO, Rome.
No comments:
Post a Comment
mohon komentarnya