LAPORAN
PRAKTIKUM PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT TERPADU
Acara
1.Pengaruh Solasrisasi Tanah Terhadap Perkembangan Hama Dan Penyakit Tanaman
NAMA : APOLLO WIJAYA HALOHO
NPM : E1J012071
DOSEN : Dr.Ir.HENDRI BUSTAMAN, MS
LABORATORIUM
ILMU HAMA PENYAKIT TANAMANAN
FAKULAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2014
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa
dekade terakhir ini terjadi peningkatan jumlah penduduk di dunia dengan cepat,
yang mengakibatkan terjadinya kekurangan pangan, meningkatnya mobilitas penduduk
dan barang-barang keseluruh pelosok negeri, meningkatnya pengetahuan dengan
cepat disegala bidang, terjadinya ketidakstabilan sosial dan terjadinya
peningkatan kerjasama ilmuwan dengan pemerintah untuk memecahkan masalah-
masalah umum di seluruh dunia. Sebagai hasilnya telah berhasil dikembangkan
cara-cara baru dalam bidang pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan serta eko
nomi para petani, negara dan dunia. Tetapi, semua perubahan tersebut telah
menimbulkan dampak terhadap jenis, tingkat serangan, perkembangan dan laju
penyebaran penyakit yang menyerang tanaman serta terjadinya kerusakan
lingkungan terutama tanah (Agrios, 1997 ; Doran & Safley, 1998).
Tanah
merupakan benda alam yang bersifat dinamis, sumber kehidupan dan merupakan fungsi
vital dari ekosistem darat yang menggambarkan keseimbanganyang unik antara
faktor fisik, kimia dan biologi.Komponen utama tanah terdiri darimineral
anorganik, pasir, lumpur, tanah liat, bahan-bahan organik hasil dekomposisidari
biota tanah, dan mikroorganisme seperti cacing tanah, serangga, bakteri,
fungi,alga, nematoda dan sebagainya (Abawi & Widmer, 2000).
Berbagai
praktek-praktek budidaya pertanian yang salah telah dilakukanseperti waktu
tanam yang tidak tepat, pemilihan tanaman yang salah, aplikasi bahankimia
seperti fungisida, insektisida, nematisida, pupuk pada konsentrasi yang
sangattinggi, pengolahan lahan yang terlalu dalam dan sebagainya
menyebabkanterjadinya kerusakan yang luar biasa terhadap pertumbuhan tanaman
dankeseimbangan mikroba tanah yang pada akhirnya menimbulkan kerugian
ekonomi.Berbagai alternatif praktek budidaya pertanian seperti rotasi
tanaman,penggunaan tanaman penutup tanah, solarisasi, penambahan bahan organik
dansebagainya dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman. Pengaruh dari
setiaptindakan tersebut terhadap patogen tanah perlu diperhatikan agar
dapatmenentukan sistem pengelolaan tanah dan tanaman yang akan digunakan serta pengaruhnya
terhadap populasi patogen tanah dan kerusakan akar.
Umumnya
semua praktek-praktek pertanian yang dilakukan berpengaruh secara langsung atau
tidak langsung terhadap tingkat kejadian dan keparahanpenyakit akar yang
disebabkan nematoda parasit tumbuhan. Praktek-praktekpertanian ini tidak hanya
berpengaruh terhadap kepadatan populasi nematoda didalam tanah, tetapi juga
semua hama tanaman dan mikrofauna serta mikroflorayang menguntungkan (Abawi
& Widmer, 2000).
Untuk itu
dibutuhkan suatu pengetahuan untuk mengetahui pengaruh dari alternatif budidaya
yang kita lakukan terhadap produksi tanaman dan pengaruhnya terhadap tingkat
keparahan dan kerusakan akar yang disebabkan oleh nematode parasit tumbuhan,
salah satunya yang dapat dilakukan untuk menurunkan populasi hama dan penyakit
tanaman di tanah adalah dengan tehnik solarisasi.
Tehnik
solarisasi menggunakan sinar matahari
dapat membunuh sebagian populasi awal hama dan pathogen di dalm tanah dengan
cara membalik tanah bagian bawah ke permukaan seehingga hama dan pathogen yang
ada di dalamnya dibedah oleh sinar matahari.pengendalian
hama dan penyakit kacang tanah dapat diterapkan dalam model perlakuan tanah
untuk pengendaliaannya. Sumber hama dan inoculum dalam tanah penting untuk
pertanaman kacang tanah yang penting dikendalikan adalah hama lalat bibit
(kalshoven,1981), penyakit layu sclerotium dan bercak cokelat (semangun,2005).
1.2 Tujuan praktikum
1. Meningkatkan keterampilan mahasiswa
untuk menurunkan populasi awal populasi hama dan pathogen di tanah.
2. Membandingkan teknik perlakuan tanah
untuk menurunkan populasi awal hama dan pathogen di tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Solarisasi Tanah
Solarisasi tanah adalah suatu metode
pasteurisasi yang efektif untuk menekan banyak spesies nematoda.Tetapi metode
ini efektif bila cukup cahaya matahari pada musim panas.Tanah diberi plastik
transparan selama 6-8 minggu. Panas matahari akan diperangkap oleh plastik,
sehingga menaikkan temperature tanah (Dufour et al. 1998 : Agrios,
1997).
Peningkatan temperatur tanah
menghasilkan penurunan populasi gulma dan patogen tumbuhan termasuk fungi,
bakteri dan nematoda. Secara tidak langsung patogen-patogen ini menjadi inaktif
karena panas, patogen tular tanah juga menjadi lemah dan sensitif terhadap
fumigasi tanah, organisme yang lain atau perubahan atmosfir di dalam tanah
karena perubahan temperatur tanah.
Pinkerton (2000) melaporkan, perlakuan
dengan solarisasi tanah, solaraisasi tanah dan tanaman penutup tanah serta
fumigasi dengan metam sodium menghasilkan penurunan kepadatan populasi Phytophthora
cinnamoni dan Verticillium dahliae pada kedalamam tanah 5 dan 10 cm.
Kepadatan populasi P.penetraans menurun pada kedalaman di atas 30 cm
dari permukaan tanah dengan solarisasi. Solarisasi untuk 8 minggu selama musim
panas dapat dijadikan alternative pengelolaan beberapa patogen tular tanah yang
penting di Western Oregon.
Perlakuan panas lebih efektif di tanah
lembab daripada di tanah kering, karena terjadi peningkatan konduktivitas
thermal dan aktivitas metabolik dari organisme target. James & Charles
(2000) dalam Jaacov & James (2000) melaporkan, bahwa terjadi
penurunan populasi kista, telur dan larva H. cajani yang lebih besar
setelah perlakuan solarisasi pada tanah yang beririgasi dari pada tanah kering.
Lebih jauh James & Charles (2000) dalam Jaacov & James (2000)
menjelaskan, pengendalian nematoda memperoleh hasil yang sangat baik bila
solarisasi di kombinasikan dengan nematisida dosis rendah, seperti metil
bromoda, etilen dibromida, 1,3-dikloropropen dan etoprop.
Pengendalian dengan perlakuan
kombinasi seperti di atas akan lebih efektif bila sedikit pestisida yang
diberikan ke tanah, karena hal tersebut akan mengurangi potensial polusi tanah,
air dan fitotoksisitas. Pengurangan populasi serangga hama dan patogen lain
untuk waktu yang lama mungkin disebabkan terjadinya peningkatan stimulasi dari
mikroorganisme yang antagonis setelah solarisasi. Mikroorganisme yang
teradaptasi untuk bertahan hidup dari
pengaruh solarisasi umumnya menjadi kompetitif antagonis yang tinggi.
Hama dan penyakit pada
kacang tanah
Hama
a.
Uret
Gejala:
memakan akar, batang bagian bawah dan polong. Akhirnya tanaman layu dan mati.
Pengendalian: olah tanah dengan baik,
penggunaan pupuk kandang yang sudah matang, menanam serempak, penyiangan
intensif, Penggunaan Pestona dengan cara disiramkan ke tanah, jika
tanaman terlanjur mati segera dicabut dan uret dimusnahkan.
b.
Ulat Penggulung Daun
Gejala: daun terlipat
menguning, akhirnya mengering. Pengendalian: penyemprotan
menggunakan Pestisida.
c. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Gejala:
ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok.
Pengendalian: bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman;
d. Ulat Jengkal (Plusia sp)
e. Kumbang Daun
Gejala: daun tampak
berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: penanaman
serentak.
Penyakit
a. Penyakit layu atau “Omo Wedang”
Penyebab:
bakteri Xanthomonas solanacearum (E.F.S.). Gejala: daun terkulai
seperti disiram air panas, akhirnya mati. Bila dipotong
tampak noda coklat pada bagian pembuluh kayu dan bila dipijit keluar lendir
kekuningan.Akar tanaman membusuk. Pengendalian: Pergiliran tanaman, gunakan
varietas yang tahan.
b. Penyakit sapu setan
Penyebab:
Mycoplasma (sejenis virus). Diduga ditularkan serangga sejenis Aphis. Gejala:
bunga berwarna hijau tua seperti daun-daun kecil, ruas-ruas batang dan cabang
menjadi pendek, daun-daun kecil rimbun. Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang
dan dimusnahkan, semua tanaman inang
dibersihkan (sanitasi lingkungan), menanam tanaman yang tahan.
c. Penyakit Bercak Daun
Penyebab
: Jamur Cercospora personata dan Cercospora arachidicola. Gejala: timbul
bercak-bercak berukuran 1-5 mm, berwarna coklat dan hitam pada daun dan batang.
d. Penyakit Gapong
Penyebab:
diduga Nematoda.
Gejala: Polong kosong, juga bisa busuk. Pengendalian: tanahnya didangir dan
dicari nematodanya.
e. Penyakit Sclerotium
Penyebab:
cendawan Sclerotium rolfsii. Gejala: tanaman layu. Pengendalian: gunakan varietas
yang resisten, air jangan sampai menggenang, membakar tanaman yang terserang
cendawan.
f. Penyakit Karat
Penyebab:
cendawan Puccinia arachidis Speg. Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak
coklat muda sampai coklat (warna karat).
Daun gugur sebelum waktunya. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten,
tanaman yang terserang dicabut dan dibakar (anonym,2014).
Penyakit penting dalam kacang tanah
yaitu penyakit bercak coklat
Bercak
daun merupakan salah satu penyakit utama pada kacang tanah (Arachidis
hypogea) yang menurunkan hasil sampai 60%.Bercak daun ini disebabkan oleh Cercospora
personata dan Cercospora arachidicola.Penyakit ini dominan pada pertanaman
kacang tanah lahan kering maupun lahan sawah.Penyakit ini sudah menyebar ke
seluruh dunia, termasuk Indonesia, umumnya disebut tikka. Menurut
Raciborski (1898), pada tahun 1900 penyakit sudah tersebar di seluruh pulau
Jawa. Penyakit selalu terdapat pada daun-daun kacang tanah yang menjelang
masak, sehingga banyak petani yang berpendapat bahwa datangnya penyakit ini
menandakan bahwa tanamannya sudah hampir masak.
C.arachidicola
membentuk konidia pada kedua sisi daun meskipun lebih banyak pada sisi
atas.Stroma kecil dengan garis tengah 25-100 µm yang berwarna coklat
tua.Konidifor membentuk rumpun kecil, berwarna coklat kehijauan pucat atau
coklat kekuningan. Pangkalnya lebih gelap, mempunyai bengkokan seperti lutut,
tidak bercabang, bersekat dengan ukuran 15-45 x 3-6 µm. Konidia hampir jernih
atau agak coklat kehijauan, seperti gada terbalik, sedikit atau banyak
membelok, bersekat sampai 12, pangkalnya bulat, terpancung, ujung meruncing.
Konidia berukuran 35-110 x 3-6 µm.
Bercak
C.arachidicola mirip sekali dengan bercak C.personata.Namun
dari sisi bawah daun tampak bahwa bercak tampak tidak berwarna hitam tetapi
lebih coklat.Rumpun konidiofor cendawan ini kecil-kecil, sehingga tidak
terlihat dengan mata biasa.Rumpun konidiofor terdapat pada kedua sisi daun,
bahkanbanyak terdapat pada sisi atas.Biasanya C.archidicola datang
lebih awal dari pada C.personata, sehingga penyakit yang disebabkannya
disebut bercak daun awal (early leaf spot).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Bahan Dan Alat
Bahan yang diperlukan adalah 100 g benih kacang tanah, lahan
praktikum berupa 3 befeng dengan ukuran 5 x 1m2 , 15 kg pupuk kandang. 100 g pupuk
urea, 50 g pupuk KCL, 50 SP36.
3.2 cara kerja
1. Lahan dibersihkan dari gulma
menggunakan sabit dan cangkul, dan dibuat 3 bedengan berukuran panjang 5 m x
lebar 1 m, dan tinggi bedengan 20 cm. jarak antar bedengan adalah 60 cm.
2. Lahan diberi perlakuan :
a. perlakuan 1 solarisasi 1 x. bedengan
dijemur matahari selama 6 hari dan diberi pukan 2 kg
b. perlakuan 2. Solarisasi 2 x. tanah
dibalik pada hari ke tiga, kemudian disolarisasi selama dua hari dan ditambah
pukan sebanyak 2 kg
c. perlakuan 3. Solarissasi 3 x. tanah
dibalik pada hari ke tiga, kemudian disolarisasi selama 2 hari. Tanah dibalik
lagi pada hari ke lima,kemudian disolarisasi pada hari ke lima,kemudian
disolarisasi selama 2 hari, kemudian diberi pupuk kandang sebanyak 2 kg dengan
cara taburan.
3. Pada hari kedelapann dilakukan penanaman dengan cara :
a. Membuat lubang tanam dengan tugal
sedalam 10 cm dengan jarak 25 x 25 cm
b. Benih dimasukkan sebanyak 2 benih
kacang tanah
c. Lubang tanam ditutup dengan tanah
4. Memelihara tanaman selama 12 minggu.
Gulma disiangi secara manual.
5. Pengamatan dilakukan terhadap :
a. Jumlah tanaman yag tumbuh pada hari
ke 6 dan 13 setelah tanam dan menghitung persentase tumbuh tanaman
b. Menghitung tinggi tanaman setiap
minggu dengan cara mengukur dari pangal hingga ujung dengan mistar dan
satuannya (cm).
c. Menghitung jumlah tanaman yang
tererang lalat bibit. Pengamatan dilakukan pada hari ke 4 – 10.
d. Menghitung jumlah tanaman yang
terserang layu sclerotium. Pengamatan
dilakukan tiap minggu
e. Menghitung jumlah tanaman yang
terserang penyakit bercak cokelat. Pengamatan dilakukan pada minggu ke 8 – 12.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil pengamatan kacang tanah
NO
|
Perlakuan
|
Persentase
tanaman tumbuh (%)
|
Tinggi
tanaman (cm)
|
Serangan
lalat bibit (%)
|
Persentase
penyakit layu (%)
|
Persentase
penyakit bercak coklat (%)
|
1
|
Solarisasi
1 X
|
79
%
|
16.33
|
0
%
|
0
%
|
0
%
|
2
|
Solarisasi
2 X
|
100
%
|
14.5
|
0
%
|
0
%
|
2.08
%
|
3
|
Solarisasi
3 X
|
93%
|
17.66
|
0
%
|
2.08
%
|
4.16
%
|
4.2 pembahasan
Dari
hasil praktikum yang didapatkan dan yang sudah tertera di dalam tabel di atas
dapat diketahui untuk solarisaasi 1 kali persentase tanaman tumbuh nya lebih
kecil yaitu 79 % sedangkan di posisi kedua yaitu solarisasi 3 kali dengan
persentase tumbuh tanaman yang diperoleh yaitu 93 % dan yang paling baik yaitu
untuk solarisasi yang 2 kali karena benih yang ditanam tumbuh semua sehinga
diperoleh persentase tumbuh tanaman nya yaitu 100 %.
Untuk
tinggi tanaman pada pengukuran terakhir diperoleh tanaman tertinggi yaitu pada
solari sasi 3 kali hal itu mungkin dikarenakan tanah lebih gembur dan kandungan
bahan organik terturai dengan baik, dan untuk yang kedua yaitu pada solarisasi
1 kali yaitu 16,33 cm dan yang terakhir adalah pada solarisaasi 2 kali.
Kemudian
bila ditinjau dari persentase serangan lalt bibit, tidak terdapat satu tanaman
pun yang terserang oleh hama lalat bibit kemudian untuk penyakit layu,
didapatkan bahwa pada perlakuan solarisasi 3 kali terdapat 1 tanaman yang
terserang sehingga didapatkan persentase yaitu : 1/48 tanaman = 0.0208 maka
0.0208 X 100 = 2.08 % dan untuk perlakuan solarisasi 1 kali dan 2 kali tidak
terdapat penyakit layu dan persentase penyakit layunya adalah 0 %.
Untuk
persentase serangan penyakit bercak cokelat pada daun, dapat dilihat bahwa pada
perlakuan solarisasi 1 kali tidak terdapa serangan,namun pada solarisasi 3 kali
dan 2 kali terdapat serangan daun bercak cokelat yaitu masing masing 4.16 % dan
2.08 % kemungkinan hal itu terjadi karena adanya kesalahan dalam pengolahan
atau tindakan solarisasinya.
BAB V
PENUTUP
5.1 kesimpulan
Dari
hasil dan pembahasan yang sudah diperoleh dapat saya simpulkan beberapa hal
seperti di bawah ini :
1.
Perlakuan solarisasi 2
kali memperoleh daya tumbuh benih yang paling tinggi
2.
Perlakuan solarisasi 3
kali memperoleh persentase tinggi tanaman yang paling besar.
3.
Dengan adanya perlakuan
solarisasi serangan hama dan penyakit lebih sedikit terjadi
5.2
saran
Sebaiknya
untuk praktikum selanjutnya agar ke tiga perlakuan yang diberikan dapat
dilaksanakan dengan beberapa ulangan agar hasil yang didapatkan lebih real.
DAFTAR PUSTAKA
Abawi, G.S & T.L. Widmer.
2000. Impact of soil health management practices on soilborne
pathogens,
nematodes and root diseases of vegetable crops.Applied Soil Ecology 15: 37-47.
Agrios, G.N. 1997.
Plant Pathology, 4th edition. Academic Press, New York.
Anonim.http://sigit01.blogspot.com/2012/10/hama-dan-penyakit-pada-tanaman-kacang.html (diunduh tanggal 18 november 2014 ).
Kalshoven,V.J.K.1981.Pest
in crop in Indonesia.penerbit Bharada.Indonesia
Semangun,H.2005.Penyakit – penyakit
penting tanaman pangan di Indonesia. Gadjah Mada Press. Yogyakarta
No comments:
Post a Comment
mohon komentarnya