• Home
  • download
  • story
  • lirik lagu
  • Monday, March 30, 2015

    LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT TERPADU Acara Pengaruh Solasrisasi Tanah Terhadap Perkembangan Hama Dan Penyakit Tanaman



    LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT TERPADU
    Acara 1.Pengaruh Solasrisasi Tanah Terhadap Perkembangan Hama Dan Penyakit Tanaman



    NAMA           : APOLLO WIJAYA HALOHO
    NPM               : E1J012071
    DOSEN          : Dr.Ir.HENDRI BUSTAMAN, MS


    LABORATORIUM ILMU HAMA PENYAKIT TANAMANAN
    FAKULAS PERTANIAN
    UNIVERSITAS BENGKULU
    2014


    BAB 1
    PENDAHULUAN
    1.1 Latar Belakang
                Beberapa dekade terakhir ini terjadi peningkatan jumlah penduduk di dunia dengan cepat, yang mengakibatkan terjadinya kekurangan pangan, meningkatnya mobilitas penduduk dan barang-barang keseluruh pelosok negeri, meningkatnya pengetahuan dengan cepat disegala bidang, terjadinya ketidakstabilan sosial dan terjadinya peningkatan kerjasama ilmuwan dengan pemerintah untuk memecahkan masalah- masalah umum di seluruh dunia. Sebagai hasilnya telah berhasil dikembangkan cara-cara baru dalam bidang pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan serta eko nomi para petani, negara dan dunia. Tetapi, semua perubahan tersebut telah menimbulkan dampak terhadap jenis, tingkat serangan, perkembangan dan laju penyebaran penyakit yang menyerang tanaman serta terjadinya kerusakan lingkungan terutama tanah (Agrios, 1997 ; Doran & Safley, 1998).
              Tanah merupakan benda alam yang bersifat dinamis, sumber kehidupan dan merupakan fungsi vital dari ekosistem darat yang menggambarkan keseimbanganyang unik antara faktor fisik, kimia dan biologi.Komponen utama tanah terdiri darimineral anorganik, pasir, lumpur, tanah liat, bahan-bahan organik hasil dekomposisidari biota tanah, dan mikroorganisme seperti cacing tanah, serangga, bakteri, fungi,alga, nematoda dan sebagainya (Abawi & Widmer, 2000).
              Berbagai praktek-praktek budidaya pertanian yang salah telah dilakukanseperti waktu tanam yang tidak tepat, pemilihan tanaman yang salah, aplikasi bahankimia seperti fungisida, insektisida, nematisida, pupuk pada konsentrasi yang sangattinggi, pengolahan lahan yang terlalu dalam dan sebagainya menyebabkanterjadinya kerusakan yang luar biasa terhadap pertumbuhan tanaman dankeseimbangan mikroba tanah yang pada akhirnya menimbulkan kerugian ekonomi.Berbagai alternatif praktek budidaya pertanian seperti rotasi tanaman,penggunaan tanaman penutup tanah, solarisasi, penambahan bahan organik dansebagainya dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman. Pengaruh dari setiaptindakan tersebut terhadap patogen tanah perlu diperhatikan agar dapatmenentukan sistem pengelolaan tanah dan tanaman yang akan digunakan serta pengaruhnya terhadap populasi patogen tanah dan kerusakan akar.
              Umumnya semua praktek-praktek pertanian yang dilakukan berpengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap tingkat kejadian dan keparahanpenyakit akar yang disebabkan nematoda parasit tumbuhan. Praktek-praktekpertanian ini tidak hanya berpengaruh terhadap kepadatan populasi nematoda didalam tanah, tetapi juga semua hama tanaman dan mikrofauna serta mikroflorayang menguntungkan (Abawi & Widmer, 2000).
    Untuk itu dibutuhkan suatu pengetahuan untuk mengetahui pengaruh dari alternatif budidaya yang kita lakukan terhadap produksi tanaman dan pengaruhnya terhadap tingkat keparahan dan kerusakan akar yang disebabkan oleh nematode parasit tumbuhan, salah satunya yang dapat dilakukan untuk menurunkan populasi hama dan penyakit tanaman di tanah adalah dengan tehnik solarisasi.
    Tehnik solarisasi  menggunakan sinar matahari dapat membunuh sebagian populasi awal hama dan pathogen di dalm tanah dengan cara membalik tanah bagian bawah ke permukaan seehingga hama dan pathogen yang ada di dalamnya dibedah  oleh sinar matahari.pengendalian hama dan penyakit kacang tanah dapat diterapkan dalam model perlakuan tanah untuk pengendaliaannya. Sumber hama dan inoculum dalam tanah penting untuk pertanaman kacang tanah yang penting dikendalikan adalah hama lalat bibit (kalshoven,1981), penyakit layu sclerotium dan bercak cokelat (semangun,2005).

    1.2 Tujuan praktikum
    1.      Meningkatkan keterampilan mahasiswa untuk menurunkan populasi awal populasi hama dan pathogen di tanah.
    2.      Membandingkan teknik perlakuan tanah untuk menurunkan populasi awal hama dan pathogen di tanah.













    BAB II
    TINJAUAN PUSTAKA

    Solarisasi Tanah
    Solarisasi tanah adalah suatu metode pasteurisasi yang efektif untuk menekan banyak spesies nematoda.Tetapi metode ini efektif bila cukup cahaya matahari pada musim panas.Tanah diberi plastik transparan selama 6-8 minggu. Panas matahari akan diperangkap oleh plastik, sehingga menaikkan temperature tanah (Dufour et al. 1998 : Agrios, 1997).
    Peningkatan temperatur tanah menghasilkan penurunan populasi gulma dan patogen tumbuhan termasuk fungi, bakteri dan nematoda. Secara tidak langsung patogen-patogen ini menjadi inaktif karena panas, patogen tular tanah juga menjadi lemah dan sensitif terhadap fumigasi tanah, organisme yang lain atau perubahan atmosfir di dalam tanah karena perubahan temperatur tanah.
    Pinkerton (2000) melaporkan, perlakuan dengan solarisasi tanah, solaraisasi tanah dan tanaman penutup tanah serta fumigasi dengan metam sodium menghasilkan penurunan kepadatan populasi Phytophthora cinnamoni dan Verticillium dahliae pada kedalamam tanah 5 dan 10 cm. Kepadatan populasi P.penetraans menurun pada kedalaman di atas 30 cm dari permukaan tanah dengan solarisasi. Solarisasi untuk 8 minggu selama musim panas dapat dijadikan alternative pengelolaan beberapa patogen tular tanah yang penting di Western Oregon.
    Perlakuan panas lebih efektif di tanah lembab daripada di tanah kering, karena terjadi peningkatan konduktivitas thermal dan aktivitas metabolik dari organisme target. James & Charles (2000) dalam Jaacov & James (2000) melaporkan, bahwa terjadi penurunan populasi kista, telur dan larva H. cajani yang lebih besar setelah perlakuan solarisasi pada tanah yang beririgasi dari pada tanah kering. Lebih jauh James & Charles (2000) dalam Jaacov & James (2000) menjelaskan, pengendalian nematoda memperoleh hasil yang sangat baik bila solarisasi di kombinasikan dengan nematisida dosis rendah, seperti metil bromoda, etilen dibromida, 1,3-dikloropropen dan etoprop.
                Pengendalian dengan perlakuan kombinasi seperti di atas akan lebih efektif bila sedikit pestisida yang diberikan ke tanah, karena hal tersebut akan mengurangi potensial polusi tanah, air dan fitotoksisitas. Pengurangan populasi serangga hama dan patogen lain untuk waktu yang lama mungkin disebabkan terjadinya peningkatan stimulasi dari mikroorganisme yang antagonis setelah solarisasi. Mikroorganisme yang teradaptasi  untuk bertahan hidup dari pengaruh solarisasi umumnya menjadi kompetitif antagonis yang tinggi.
    Hama dan penyakit pada kacang tanah
    Hama
    a. Uret 
    Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong. Akhirnya tanaman layu dan mati. Pengendalian: olah tanah dengan baik, penggunaan pupuk kandang yang sudah matang, menanam serempak, penyiangan intensif, Penggunaan Pestona dengan cara disiramkan ke tanah, jika tanaman terlanjur mati segera dicabut dan uret dimusnahkan.
    b. Ulat Penggulung Daun
    Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestisida.
    c. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
    Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Pengendalian: bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman;
    d. Ulat Jengkal (Plusia sp)
    Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestisida.
    e. Kumbang Daun
    Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: penanaman serentak.

    Penyakit
    a. Penyakit layu atau “Omo Wedang”
    Penyebab: bakteri Xanthomonas solanacearum (E.F.S.). Gejala: daun terkulai seperti disiram air panas, akhirnya mati. Bila dipotong tampak noda coklat pada bagian pembuluh kayu dan bila dipijit keluar lendir kekuningan.Akar tanaman membusuk. Pengendalian: Pergiliran tanaman, gunakan varietas yang tahan.
    b. Penyakit sapu setan
    Penyebab: Mycoplasma (sejenis virus). Diduga ditularkan serangga sejenis Aphis. Gejala: bunga berwarna hijau tua seperti daun-daun kecil, ruas-ruas batang dan cabang menjadi pendek, daun-daun kecil rimbun. Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan, semua tanaman inang dibersihkan (sanitasi lingkungan), menanam tanaman yang tahan.
    c. Penyakit Bercak Daun
    Penyebab : Jamur Cercospora personata dan Cercospora arachidicola. Gejala: timbul bercak-bercak berukuran 1-5 mm, berwarna coklat dan hitam pada daun dan batang.
    d. Penyakit Gapong
    Penyebab: diduga Nematoda. Gejala: Polong kosong, juga bisa busuk. Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya.
    e. Penyakit Sclerotium
    Penyebab: cendawan Sclerotium rolfsii. Gejala: tanaman layu. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, air jangan sampai menggenang, membakar tanaman yang terserang cendawan.
    f. Penyakit Karat
    Penyebab: cendawan Puccinia arachidis Speg. Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak coklat muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum waktunya. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar (anonym,2014).

    Penyakit penting dalam kacang tanah yaitu penyakit bercak coklat
    Bercak daun merupakan salah satu penyakit utama pada kacang tanah (Arachidis hypogea) yang menurunkan hasil sampai 60%.Bercak daun ini disebabkan oleh Cercospora personata dan Cercospora arachidicola.Penyakit ini dominan pada pertanaman kacang tanah lahan kering maupun lahan sawah.Penyakit ini sudah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, umumnya disebut tikka. Menurut Raciborski (1898), pada tahun 1900 penyakit sudah tersebar di seluruh pulau Jawa. Penyakit selalu terdapat pada daun-daun kacang tanah yang menjelang masak, sehingga banyak petani yang berpendapat bahwa datangnya penyakit ini menandakan bahwa tanamannya sudah hampir masak.
    C.arachidicola membentuk konidia pada kedua sisi daun meskipun lebih banyak pada sisi atas.Stroma kecil dengan garis tengah 25-100 µm yang berwarna coklat tua.Konidifor membentuk rumpun kecil, berwarna coklat kehijauan pucat atau coklat kekuningan. Pangkalnya lebih gelap, mempunyai bengkokan seperti lutut, tidak bercabang, bersekat dengan ukuran 15-45 x 3-6 µm. Konidia hampir jernih atau agak coklat kehijauan, seperti gada terbalik, sedikit atau banyak membelok, bersekat sampai 12, pangkalnya bulat, terpancung, ujung meruncing. Konidia berukuran 35-110 x 3-6 µm.
    Bercak C.arachidicola mirip sekali dengan bercak C.personata.Namun dari sisi bawah daun tampak bahwa bercak tampak tidak berwarna hitam tetapi lebih coklat.Rumpun konidiofor cendawan ini kecil-kecil, sehingga tidak terlihat dengan mata biasa.Rumpun konidiofor terdapat pada kedua sisi daun, bahkanbanyak terdapat pada sisi atas.Biasanya C.archidicola datang lebih awal dari pada C.personata, sehingga penyakit yang disebabkannya disebut bercak daun awal (early leaf spot).
    BAB III
    METODE PRAKTIKUM
    3.1 Bahan Dan Alat
    Bahan yang diperlukan adalah 100 g benih kacang tanah, lahan praktikum berupa 3 befeng dengan ukuran 5 x 1m2  , 15 kg pupuk kandang. 100 g pupuk urea, 50 g pupuk KCL, 50 SP36.
    3.2 cara kerja
    1.      Lahan dibersihkan dari gulma menggunakan sabit dan cangkul, dan dibuat 3 bedengan berukuran panjang 5 m x lebar 1 m, dan tinggi bedengan 20 cm. jarak antar bedengan adalah 60 cm.
    2.      Lahan diberi perlakuan :
    a.       perlakuan 1 solarisasi 1 x. bedengan dijemur matahari selama 6 hari dan diberi pukan 2 kg
    b.      perlakuan 2. Solarisasi 2 x. tanah dibalik pada hari ke tiga, kemudian disolarisasi selama dua hari dan ditambah pukan sebanyak 2 kg
    c.       perlakuan 3. Solarissasi 3 x. tanah dibalik pada hari ke tiga, kemudian disolarisasi selama 2 hari. Tanah dibalik lagi pada hari ke lima,kemudian disolarisasi pada hari ke lima,kemudian disolarisasi selama 2 hari, kemudian diberi pupuk kandang sebanyak 2 kg dengan cara taburan.
    3.      Pada hari  kedelapann dilakukan penanaman dengan cara :
    a.       Membuat lubang tanam dengan tugal sedalam 10 cm dengan jarak 25 x 25 cm
    b.      Benih dimasukkan sebanyak 2 benih kacang tanah
    c.       Lubang tanam ditutup dengan tanah
    4.      Memelihara tanaman selama 12 minggu. Gulma disiangi secara manual.
    5.      Pengamatan dilakukan terhadap :
    a.       Jumlah tanaman yag tumbuh pada hari ke 6 dan 13 setelah tanam dan menghitung persentase tumbuh tanaman
    b.      Menghitung tinggi tanaman setiap minggu dengan cara mengukur dari pangal hingga ujung dengan mistar dan satuannya (cm).
    c.       Menghitung jumlah tanaman yang tererang lalat bibit. Pengamatan dilakukan pada hari ke 4 – 10.
    d.      Menghitung jumlah tanaman yang terserang layu sclerotium. Pengamatan dilakukan tiap minggu
    e.       Menghitung jumlah tanaman yang terserang penyakit bercak cokelat. Pengamatan dilakukan pada minggu ke 8 – 12.
    BAB IV
    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil pengamatan kacang tanah
    NO
    Perlakuan
    Persentase tanaman tumbuh (%)
    Tinggi tanaman (cm)
    Serangan lalat bibit (%)
    Persentase penyakit layu (%)
    Persentase penyakit bercak coklat (%)
    1
    Solarisasi 1 X
    79 %
    16.33
    0 %
    0 %
    0 %
    2
    Solarisasi 2 X
    100 %
    14.5
    0 %
    0 %
    2.08 %
    3
    Solarisasi 3 X
    93%
    17.66
    0 %
    2.08 %
    4.16 %

    4.2 pembahasan
                Dari hasil praktikum yang didapatkan dan yang sudah tertera di dalam tabel di atas dapat diketahui untuk solarisaasi 1 kali persentase tanaman tumbuh nya lebih kecil yaitu 79 % sedangkan di posisi kedua yaitu solarisasi 3 kali dengan persentase tumbuh tanaman yang diperoleh yaitu 93 % dan yang paling baik yaitu untuk solarisasi yang 2 kali karena benih yang ditanam tumbuh semua sehinga diperoleh persentase tumbuh tanaman nya yaitu 100 %.
                Untuk tinggi tanaman pada pengukuran terakhir diperoleh tanaman tertinggi yaitu pada solari sasi 3 kali hal itu mungkin dikarenakan tanah lebih gembur dan kandungan bahan organik terturai dengan baik, dan untuk yang kedua yaitu pada solarisasi 1 kali yaitu 16,33 cm dan yang terakhir adalah pada solarisaasi 2 kali.
                Kemudian bila ditinjau dari persentase serangan lalt bibit, tidak terdapat satu tanaman pun yang terserang oleh hama lalat bibit kemudian untuk penyakit layu, didapatkan bahwa pada perlakuan solarisasi 3 kali terdapat 1 tanaman yang terserang sehingga didapatkan persentase yaitu : 1/48 tanaman = 0.0208 maka 0.0208 X 100 = 2.08 % dan untuk perlakuan solarisasi 1 kali dan 2 kali tidak terdapat penyakit layu dan persentase penyakit layunya adalah 0 %.
                Untuk persentase serangan penyakit bercak cokelat pada daun, dapat dilihat bahwa pada perlakuan solarisasi 1 kali tidak terdapa serangan,namun pada solarisasi 3 kali dan 2 kali terdapat serangan daun bercak cokelat yaitu masing masing 4.16 % dan 2.08 % kemungkinan hal itu terjadi karena adanya kesalahan dalam pengolahan atau tindakan solarisasinya.
               
    BAB V
    PENUTUP

    5.1 kesimpulan
              Dari hasil dan pembahasan yang sudah diperoleh dapat saya simpulkan beberapa hal seperti di bawah ini :
    1.      Perlakuan solarisasi 2 kali memperoleh daya tumbuh benih yang paling tinggi
    2.      Perlakuan solarisasi 3 kali memperoleh persentase tinggi tanaman yang paling besar.
    3.      Dengan adanya perlakuan solarisasi serangan hama dan penyakit lebih sedikit terjadi

    5.2 saran
                Sebaiknya untuk praktikum selanjutnya agar ke tiga perlakuan yang diberikan dapat dilaksanakan dengan beberapa ulangan agar hasil yang didapatkan lebih real.



    DAFTAR PUSTAKA

    Abawi, G.S & T.L. Widmer. 2000. Impact of soil health management practices on soilborne
    pathogens, nematodes and root diseases of vegetable crops.Applied Soil Ecology 15:        37-47.
    Agrios, G.N. 1997. Plant Pathology, 4th edition. Academic Press, New York.

    Anonim.http://sigit01.blogspot.com/2012/10/hama-dan-penyakit-pada-tanaman-kacang.html         (diunduh tanggal 18 november 2014 ).

    Kalshoven,V.J.K.1981.Pest in crop in Indonesia.penerbit Bharada.Indonesia

    Semangun,H.2005.Penyakit – penyakit penting tanaman pangan di Indonesia. Gadjah Mada         Press. Yogyakarta

    No comments:

    Post a Comment

    mohon komentarnya